TASAWUF DALAM AL-QUR’AN
Oleh: H. Ahmadi Isa
Banyak
pendapat yang menyatakan bahwa tasawuf berasal dari luar yang masuk ke
dalam Islam. Ada yang berpendapat bahwa tasawuf berasal dari kebiasaan
rahib-rahib Kristen yang menjauhi dunia dan kesenangan materi. Pendapat
lain mengatakan bahwa tasawuf timbul atas pengaruh ajaran-ajaran Hindu,
dan disebutkan pula bahwa tasawuf berasal dari filsafat Pythagoras
dengan ajarannya yang meninggalkan kehidupan materi dan memasuki
kehidupan kontemplasi. Dikatakan pula bahwa tasawuf masuk ke dalam Islam
karena pengaruh filsafat Plotinus. Disebutkan bahwa menurut filsafat
emanasi Plotinus bahwa roh memancar dari zat Tuhan dan kemudian akan
kembali kepada-Nya. Tetapi dengan masuknya roh ke alam materi, dia
menjadi kotor, dan untuk dapat kembali ke tempat yang Maha Suci,
terlebih dahulu dia harus disucikan. Tuhan Maha Suci, dan Yang Maha Suci
tidak dapat didekati kecuali oleh seseorang yang suci, dan pensucian
roh ini terjadi dengan meninggalkan hidup kematerian, dan dengan
mendekatkan diri kepada Tuhan sedekat mungkin, dan kalau bisa hendaknya
bersatu dengan Tuhan semasih berada dalam hidup ini.
Namun
demikian, terlepas ada atau tidak adanya pengaruh dari luar itu, yang
jelas bahwa dalam sumber ajaran Islam, Alquran dan Hadis terdapat ajaran
yang dapat membawa kepada timbulnya tasawuf. Paham bahwa Tuhan dekat
dengan manusia, yang merupakan ajaran dasar dalam ketasawufan ternyata
ada dalam Alqur’an dan Hadis Rasulullah SAW.
Di Dalam Alquran, surat Al-Baqarah, ayar 186, Tuhan berfirman :
“Jika
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang diri-Ku. Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan seruan orang yang memanggil, jika dia memanggil Aku”. (Al-Baqaarah (2) : 186).
Kata da’a yang
terdapat dalam ayat di atas, oleh para sufi diberi makna bukan berdoa
dalam arti yang lazim kita lakukan, melainkan dengan arti berseru atau
memanggil. Tuhan mereka panggil, dan Tuhan memperlihatkan diri-Nya
kepada mereka.
Dalam surat Al-Baqarah, ayat 115, Tuhan juga berfirman :
“Timur dan Barat kepunyaan Allah, maka ke mana saja kamu berpaling di situ (kamu jumpai) wajah Tuhan”. (Al-Baqarah (2) : 115).
Bagi para sufi, ayat ini mengandung makna, bahwa di mana saja Tuhan ada, dan Tuhan dapat dijumpai.
Berikutnya, di dalam Hadis, Rasulullah SAW bersabda :
“Siapa yang kenal pada jati dirinya, pasti dia kenal pada Tuhannya”
Dalam Hadis lain, yang juga sangat berpengaruh terhadap timbulnya paham tasawuf di kalangan umat Islam ialah Hadis Qudsi yang berbunyi sebagai berikut :
“Aku
pada mulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin kenal,
maka Kuciptakanlah makhluk dan merekapun kenal kepada-Ku melalui
diri-Ku”.
Menurut hadis qudsi ini, bahwa Tuhan dapat dikenal melalui makhluk-Nya, dan pengetahuan yang lebih tinggi ialah pengetahuan Tuhan melalui diri-Nya.
Demikianlah
dasar-dasar yang dapat mendorong lahirnya tasawuf di kalangan umat
Islam, yang terdapat di dalam Alquran dan Hadis Rasulullah SAW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar