MAKALAH SOSIOLOGI SOSIAL

Selasa, 17 April 2012

TASAWUF DALAM AL-QUR’AN

TASAWUF DALAM AL-QUR’AN
Oleh: H. Ahmadi Isa

Banyak pendapat yang menyatakan bahwa tasawuf berasal dari luar yang masuk ke dalam Islam. Ada yang berpendapat bahwa tasawuf berasal dari kebiasaan rahib-rahib Kristen yang menjauhi dunia dan kesenangan materi. Pendapat lain mengatakan bahwa tasawuf timbul atas pengaruh ajaran-ajaran Hindu, dan disebutkan pula bahwa tasawuf berasal dari filsafat Pythagoras dengan ajarannya yang meninggalkan kehidupan materi dan memasuki kehidupan kontemplasi. Dikatakan pula bahwa tasawuf masuk ke dalam Islam karena pengaruh filsafat Plotinus. Disebutkan bahwa menurut filsafat emanasi Plotinus bahwa roh memancar dari zat Tuhan dan kemudian akan kembali kepada-Nya. Tetapi dengan masuknya roh ke alam materi, dia menjadi kotor, dan untuk dapat kembali ke tempat yang Maha Suci, terlebih dahulu dia harus disucikan. Tuhan Maha Suci, dan Yang Maha Suci tidak dapat didekati kecuali oleh seseorang yang suci, dan pensucian roh ini terjadi dengan meninggalkan hidup kematerian, dan dengan mendekatkan diri kepada Tuhan sedekat mungkin, dan kalau bisa hendaknya bersatu dengan Tuhan semasih berada dalam hidup ini.
          Namun demikian, terlepas ada atau tidak adanya pengaruh dari luar itu, yang jelas bahwa dalam sumber ajaran Islam, Alquran dan Hadis terdapat ajaran yang dapat membawa kepada timbulnya tasawuf. Paham bahwa Tuhan dekat dengan manusia, yang merupakan ajaran dasar dalam ketasawufan ternyata ada dalam Alqur’an dan Hadis Rasulullah SAW.
          Di Dalam Alquran, surat Al-Baqarah, ayar 186, Tuhan berfirman :
          “Jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang diri-Ku. Aku adalah dekat. Aku mengabulkan seruan orang yang memanggil, jika dia memanggil Aku”. (Al-Baqaarah (2) : 186).
          Kata da’a yang terdapat dalam ayat di atas, oleh para sufi diberi makna bukan berdoa dalam arti yang lazim kita lakukan, melainkan dengan arti berseru atau memanggil. Tuhan mereka panggil, dan Tuhan memperlihatkan diri-Nya kepada mereka.
          Dalam surat Al-Baqarah, ayat 115, Tuhan juga berfirman :
          “Timur dan Barat kepunyaan Allah, maka ke mana saja kamu berpaling di situ (kamu jumpai) wajah Tuhan”. (Al-Baqarah (2) : 115).
          Bagi para sufi, ayat ini mengandung makna, bahwa di mana saja Tuhan ada, dan Tuhan dapat dijumpai.
          Berikutnya, di dalam Hadis, Rasulullah SAW bersabda :
          “Siapa yang kenal pada jati dirinya, pasti dia kenal pada Tuhannya”
Dalam Hadis lain, yang juga sangat berpengaruh terhadap timbulnya paham tasawuf di kalangan umat Islam ialah Hadis Qudsi yang berbunyi sebagai berikut :
“Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin kenal, maka Kuciptakanlah makhluk dan merekapun kenal kepada-Ku melalui diri-Ku”.
Menurut hadis qudsi ini, bahwa Tuhan dapat dikenal melalui makhluk-Nya, dan pengetahuan yang lebih tinggi ialah pengetahuan Tuhan melalui diri-Nya.
Demikianlah dasar-dasar yang dapat mendorong lahirnya tasawuf di kalangan umat Islam, yang terdapat di dalam Alquran dan Hadis Rasulullah SAW

Sabtu, 14 April 2012

GOTONG ROYONG DALAM BUDAYA DAYAK MENURUT PERSEPSI ISLAM


A.    PENDAHULUAN
Dayak secara umum sangat jarang tersentuh oleh para peneliti lokal, nasional ataupun para peneliti asing. Minimnya penelitian atau mungkin justru ketiadaan penelitian telah memberikan andil dalam mengekalkan asumsi tentang Dayak, yang umumnya selalu diidentikkan dengan tradisi pagan ataupun Kristen.
Menyikapi fenomena di atas, perlulah kiranya menguji asumsi tersebut, apakah asumsi di atas masih layak atau tidak ketika digunakan untuk melihat pola hidup etnik Dayak. Pengujian atas asumsi ini bermanfaat untuk mengklarifikasi atau menjernihkan pemahaman umum tentang Dayak dalam konteks “selalu negative” maupun lintas budaya. Kiranya dalam konteks ini memang diperlukan adanya redifinisi tentang Dayak yang bebas dari hegemoni definisi yang berbau kolonial, atau jika mungkin kata Dayak itu sendiri perlu ditinggalkan karena ia bukan merupakan simbol identitas yang berakar dari keseluruhan kelompok etnik di Kalimantan. Sebuah kecelakaan sejarah memang, ketika istilah ini terlanjur diterima sebagai  representasi identitas. Melacak asal-usul etnik ini memang terasa banyak kendala, kesulitannya adalah karena harus melacak kembali sambungan-sambungan benang sejarah yang telah lama putus, yang kemudian diupayakan untuk menjadi sebuah rangkaian yang mendekati utuh.
Alasan dari kesulitan di atas memang sudah bisa dimafhumi, yaitu terbatasnya sumber data yang berkenaan dengan etnik Dayak itu sendiri, namun paling tidak, meskipun sangat terbatas, informasi lisan ataupun tertulis yang berasal dari masa lalu tetaplah penting sebagai titik tolak bagi langkah awal menuju penggalian sumber yang lebih mendalam dan akurat.
B.PEMBAHASAN
Menyangkut bahasan itu disini kami mencoba mengulas apa dan bagaimana persfektif islam pada adat dan kebiasaan gotong royong masyarakat dayak.
Dalam Alquran pada surah Almaidah ayat 2, disebutkan:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw (#q=ÏtéB uŽÈµ¯»yèx© «!$# Ÿwur tök¤9$# tP#tptø:$# Ÿwur yôolù;$# Ÿwur yÍ´¯»n=s)ø9$# Iwur tûüÏiB!#uä |MøŠt7ø9$# tP#tptø:$# tbqäótGö6tƒ WxôÒsù `ÏiB öNÍkÍh5§ $ZRºuqôÊÍur 4 #sŒÎ)ur ÷Läêù=n=ym (#rߊ$sÜô¹$$sù 4 Ÿwur öNä3¨ZtB̍øgs ãb$t«oYx© BQöqs% br& öNà2r|¹ Ç`tã ÏÉfó¡yJø9$# ÏQ#tptø:$# br& (#rßtG÷ès? ¢ (#qçRur$yès?ur n?tã ÎhŽÉ9ø9$# 3uqø)­G9$#ur ( Ÿwur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ߃Ïx© É>$s)Ïèø9$# ÇËÈ    
Artinya:  Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.(Al-Maidah:2).
Ayat di atas sudah jelas-jelas menggambarkan dan memaparkan yang berintikan tentang pentingnya saling tolong-menolong, bahu membahu gotong royong.






PANDANGAN ISLAM TERHADAP STATUS DAN HAK-HAK WANITA

PANDANGAN ISLAM TERHADAP STATUS DAN HAK-HAK WANITA
Salah satu persoalan yang menarik pada saat ini adalah mengenai kedudukan wanita Islam dalam masyarakat, serta peranan yang dapat dipikulnya dalam masyarakat itu.
Bagaimanakah kedudukan wanita itu dibandingkan dengan kaum pria secara kongkrit? Bolehkah ia bekerja di luar rumah? Jenis pekerjaan apa saja yang patut dilakukan di l...uar rumah itu?
Sebenarnya Islam sangat memperhatikan terhadap wanita, bahkan dalam Al-Qur'an terdapat sebuah surah yang cukup panjang yang bernama An-Nisa' (wanita). Lebih dari pada itu Al-Qur'an pun menyebut soal wanita dalam berbagai ayat dari surat lainnya, untuk menunjukkan betapa pentingnya sikap Islam dalam menghormati dan menetapkan kedudukan dan peranan wanita, serta menegaskan, bahwa sama sekali tidak ada perbedaan dengan pria.
Apa yang menjadi tuntutan wanita, seperti persamaan kedudukan dan hak dengan pria serta emansipasi, secara umum telah ditetapkan dan ditunjukkan oleh Islam, baik secara tersurat, maupun secara tersirat, baik melalui pemahaman dan penafsiran, yang disebut dengan tafsir, maupun melalui ijtihat yang disebut dengan fikih.
Islam yang ajarannya bersumber dari Al-Qur'an dan Hadist Rasulullah SAW, memberi kedudukan yang terhormat kepada wanita dan melindungi hak-haknya, serta menghapuskan diskriminasi atau ketimpangan antara wanita dan pria.
Kalau dilihat dari segi pengabdian antara pria dan wanita, maka jelas sekali bahwa Islam tidak membedakan antara dua jenis/jender tersebut. Perbedaan yang dijadikan ukuran untuk menentukan derajat mereka di sisi Tuhan, hanya terletak pada nilai pengabdian dan ketakwaan mereka kepada Allah SWT. (Al-Hujurat : 13).
Pria dan wanita sama-sama berhak masuk surga, sama-sama diperbolehkan berpartisipasi dan berlomba-lomba mengerjakan kebaikan, mengabdi kepada masyarakat dan agama. (An-Nahal : 97)
Masalah penciptaan wanita, Al-Qur'an menerangkan bahwa wanita dan laki-laki adalah ciptaan Allah SWT, dan berada dalam derajat yang sama. Tidak ada isyarat, bahwa wanita pertama (Hawa) yang diciptakan oleh Allah SWT adalah suatu ciptaan yang lebih rendah dari pada laki-laki pertama (Adam). Asal ciptaan atau kejadian laki-laki dan wanita, yakni penciptaan Adam dan Hawa itu tidak ada perbedaan. Tidak ada perbedaan zat yang dipakai untuk menciptakan perempuan dan yang dipakai untuk menciptakan laki-laki, karena keduanya berasal dari jenis yang sama.(An-Nisa' : 1)
Wanita dalam statusnya sebagai anak, berhak mendapatkan nafkah, pendidikan dan pengasuhan sampai dia menikah. Wanita sebagai isteri, punya hak nafkah yang di-berikan oleh suami.(Al-Baqarah : 228)
Al-Qur'an menjelaskan bahwa kalau suami memberi pelajaran kepada isteri, caranya ialah harus diawali dengan nasehat, bila nasehat tidak berhasil barulah pisah tempat tidur, bila tidak berhasil juga barulah suami boleh memukul dengan pukulan yang tidak membahayakan. (An-Nisa' : 34)
Wanita sebagai ibu dalam pandangan Islam, punya kedudukan yang mulia, sebagaimana sabda Rasulullah SAW : "Surga itu terletak di bawah telapak kaki ibu."
Hadist tersebut mengisyaratkan betapa pentingnya peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya, dimana kebahagiaan dan kesengsaraan mereka tergantung kepada pendidikan ibunya.
Berdasarkan hadist ini pula, seseorang muslim wajib menghormati ibunya, sebagai rasa terima kasih atas kesusah payahan yang pernah diderita ibu ketika mengandung, melahirkan, menyusui. (Luqman : 14) dan (Al-Ahqaf : 15)
Wanita juga punya hak untuk memiliki, berdagang, dan mengembangkan hartanya. Oleh karena itu, kedudukan wanita sederajat dengan laki-laki, dan ia mempunyai hak atas apa yang diusahakan. (An-Nisa' : 32)
Menuntut ilmu bagi wanita dibuka seluas-luasnya, seperti halnya laki-laki. Sejumlah ayat Al-Qur'an dan Hadist Rasulullah SAW, banyak mengisyaratkan tentang kewajiban belajar yang ditujukan kepada laki-laki dan wanita.
Dari sekian banyak wanita di zaman Nabi SAW yang memperoleh kesempatan mendapatkan ilmu pengetahuan, dan seringkali menjadi sumber rujukan banyak tokoh laki-laki/sahabat Nabi adalah Aisyah, isteri Nabi SAW. Hal ini disebutkan dalam Hadist Nabi : "Ambil setengah pengetahuan agama kalian dari Aisyah."
Wanita sebagai warga negara mempunyai hak dan kewajiban serta kesempatan yang sama dengan pria. Nabi Muhammad SAW menyatakan dengan tegas bahwa : "Wanita itu tiang negara, bila ia baik, negara jaya, bila ia rusak, negara binasa."
Dengan uraian tersebut nampak bahwa apa yang menjadi tuntutan kewanitaan, telah dijelaskan dan diisyaratkan oleh Islam, baik melalui Al-Qur'an, maupun melalui Hadist Rasulullah SAW atau melalui penafsiran dan interpretasi dari keduanya.