MAKALAH SOSIOLOGI SOSIAL

Minggu, 23 Oktober 2011

MAKALAH SOSIOLOGI SOSIAL


BAB I
PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang
Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, karena manusia membutuhkan keberadaan interaksi kepada sesama sebagai penunjang dalam potensi rasa solidaritas dan kebersamaan dengan adanya rasa saling membutuhkan. Keragaman jenis dan suku membuat klarifikasi yang terkadang menimbulkan intimidasi pada beberapa pihak tertentu, sehingga tidak jarang ditemukan adanya rasa permusuhan demi mempertahankan rasa gengsi pada setiap jiwa manusia. Hal ini disebabkan karena manusia dalam fitrahnya adalah makhluk yang mempunyai sisi positif dan negatif.
Akal pikiran yang menjadi kelebihan manusia dari makhluk lainnya adalah sumber keragaman dan penyebab munculnya perbedaan dari manusia, sehingga tidak jarang dalam pemahaman terhadap agama manusia juga dapat berbeda keyakinan, bahkan di dalam ruang lingkup agama Islam juga tidak jarang ditemukan perbedaan pemikiran yang menyentuh bagian ideologi atau keyakinan dalam memahami Islam.
Umat Islam pada dasarnya mempunyai keyakinan yang sama yaitu mempercayai bahwa Tuhan yang Maha Esa adalah Allah SWT.Dalam pemahaman terhadap Tuhan, di dalam pemikiran umat Islam sendiri mempunyai banyak pemahaman yang berbeda, salah satu contoh adalah Ahmadiyah Qodianiyah yang menanggap bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah sosok anak Tuhan, serta menganggapnya sebagai seorang nabi dan rasul Allah, selain itu mereka memahami bahwa Tuhan berlaku sama seperti makhluk lainnya yang mempunyai kebutuhan biologis dan sebagainya.[1]
Akan tetapi yang paling mencolok ajaran Ahmadiyah dalam sorotan kebanyakan orang adalah bahwa Ahmadiyah Qodianiyah tidak mengakui bahwa nabi Muhammad adalah nabi terakhir.[2] Hal tersebut merupakan contoh keragaman pemikiran dan pengetahuan manusia terhadap agama, sehingga perbedaan corak pemikiran dari manusia menimbulkan aneka ragam pemahaman yang tidak jarang bertentangan.
Pada dewasa ini, kemajuan zaman seakan membawa manusia dalam  taraf hidup yang serba canggih, karena hampir di segala aspek kehidupan manusia dimanjakan oleh hebatnya ilmu pengetahuan dalam bentuk teknologi. Hal ini menimbulkan kesenjangan antara kebutuhan konsumsi manusia terhadap agama yang merupakan budaya lama dan budaya yang baru berbentuk kemajuan zaman, sehingga terjadi cultural lag (ketimpangan budaya) antara keduanya yang salah satu dampak negatifnya adalah dekadensi moral.
Nabi Muhammad SAW yang merupakan seorang revolusioner budaya Arab yang penuh dengan kekacauan menuju kepada keteraturan melalui ajaran yang dibawa yaitu agama Islam, sesuai dengan ungkapannya bahwa nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia, secara kontekstual tidak hanya pada masa hidupnya, melainkan ajaran yang dibawanya merupakan sebuah sarana untuk menyempurnakan nilai akhlak hingga saat ini yaitu dengan ajaran agama Islam.
  Melihat urgensi peranan agama Islam tersebut dalam korelasinya dengan aneka permasalahan yang telah diuraikan, maka terkait dengan nilai Islam di dalam kehidupan serta berkaitan dengan materi mata kuliah Metodologi Studi Islam dalam pembahasan Islam sebagai agama, serta peranan Islam di dalam kehidupan dan bentuk ajaran Islam di seluruh dunia, maka makalah ini disusun dengan mengangkat judul: ISLAM SEBAGAI AGAMA.
Kesungguhan dalam penyelesaian makalah ini tidak lain hanya karena harapan dapat menjadi sebuah lentera pengetahuan bagi para pengkaji ilmu pengetahuan di dalam lautan akademik, setidaknya dengan setetes usaha dengan kesungguhan yang dilakukan memberikan hasil yang diharapkan tersebut. Dalam kaidahnya, maka sebuah karya diciptakan dengan mengharapkan menjadi manfaat bagi semua orang, tidak terkecuali dengan tujuan penyusunan makalah sederhana ini.
B.     Rumusan Masalah
Menyesuaikan dengan materi yang telah ditawarkan serta dengan judul yang diangkat, maka makalah ini akan merumuskan pembahasan sebagai berikut:
1.      Mengapa Islam sebagai agama?
2.      Mengapa Islam berperan dalam kehidupan?
3.      Mengapa Islam diajarkan di seluruh dunia?
C.    Tujuan Penulisan
Agar menjadikan pembahasan makalah ini berstruktur dan sistematis, maka dengan keterkaitan perumusan masalah, maka penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang hal sebagai berikut:
1.      Islam sebagai agama.
2.      Peran Islam di dalam kehidupan.
3.      Ajaran Islam di seluruh dunia.



[1]Ihsan Ilahi Dzahir, Ahmadiyah Qadiyaniyah: Sebuah Kajian Analitis, pent. Harapandi Dahri, dari judul asli, al-Qâdiâniyyah: Dirâsât wa Tahlil, Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2008, h. 73.


[2]M.A Suryawan, Bukan Sekedar Hitam Putih: Kontroversi Pemahaman Ahmadiyah, Tanggerang: Azzahra Publishing, 2005, h. 19
BAB II
PEMBAHASAN


A.    Islam Sebagai Agama
1.      Makna Islam sebagai agama
Islam berasal dari bahasa Arab, Islam yang artinya tunduk, taat, dan patuh kepada perintah Allah SWT, salima yang artinya selamat dan sejahtera, dan dari kata silm yang berarti kedamaian, kepatuhan, dan penyerahan diri.[1] Di dalam kamus bahasa indonesia Islam adalah agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad yang ajarannya berdasarkan pada Alquran dan Hadis.[2]
Menurut Khurshid Ahmad dalam bukunya Prinsip-prinsip Pokok Islam, memberikan definisi bahwa islam adalah penyerahan diri dan kepatuhan secara total kepada Allah, sehingga akan memperoleh kedamaian sejati, baik kedamaian jasmani maupun rohani.[3]
Menurut Muhammad dalam bukunya Al-Islam: Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk Perguruan Tinggi Umum, mendefinisikan bahwa Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada manusia melalui rasul-rasul-Nya, berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan segitiga antara manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam semesta.[4]
Sedangkan menurut Muhaimin dalam bukunya Kawasan dan Wawasan Studi Islam, memberikan definisi bahwa Islam adalah penyerahan diri kepada Tuhan, mengajak kepada perdamaian dan keamanan dengan Tuhan, manusia, dirinya sendiri, dan alam, serta bersih dan selamat dari kecacatan, sehingga akan memperoleh kenikmatan dunia dan akhirat.[5]
Dengan demikian, Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada manusia melalui rasul-rasul-Nya yang mengajarkan pemeluknya menyebarkan kedamaian kepada diri sendiri, sesama manusia dan lingkungan sekitarnya, serta tunduk dan patuh terhadap perintah Allah SWT dan memberikan seluruh jiwanya kepada Allah.
Muhammad Ali menyatakan bahwa Islam sebagai agama merupakan bentuk agama yang mengajak kepada perdamaian dan kerukunan atau persatuan.[6] Pemahaman terhadap agama yang merupakan sumber keteraturan dalam kehidupan manusia, merupakan keyakinan yang secara simbolis terhadap keinginan manusia akan kebahagiaan yang diinginkan.
Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy menyatakan bahwa Islam sebagai agama adalah suatu kumpulan peraturan yang ditetapkan Allah untuk menuntun para umatnya memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.[7] Islam itu merupakan suatu aturan yang akan mengatur jalan hidup penganutnya, agar menuju kebenaran yang hakiki.
Dengan demikian Islam sebagai agama merupakan sebuah keteraturan hidup yang mengajak penganutnya menyebarkan misi perdamaian, penyerahan diri kepada Tuhan, agar hidup teratur, saling menghargai dan menciptakan kerukunan kepada manusia, serta adanya keseimbangan dalam menjalankan hidup.


2.      Nilai-nilai kemanusiaan yang diusung agama Islam
Islam memiliki dua sumber hukum yang dijadikan sebagai pedoman hidup, yaitu Alquran dan Alhadis.[8] Dengan berpedoman kepada kedua sumber tersebut islam akan melahirkan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal, antara lain sebagai berikut:
a.       Hak Hidup
Islam sangat menjunjung tinggi hak hidup bagi manusia dan menjaganya dengan pendidikan, bimbingan, keputusan-keputusan hukum dan dengan berbagai penegasan fikriyah, kejiwaan dan sosial. Islam memandang hidup merupakan sebuah karunia dari Allah di mana seseorang tidak boleh mengambil atau merampasnya dari orang lain. [9]
Islam juga tidak mendiskriminasikan antara orang berkulit hitam dengan yang putih, orang yang terhormat dengan tidak, laki-laki dan wanita, dan lain-lain. Dalam rangka melindungi hak hidup Alquran dan Hadis memperingatkan akan azab yang sangat pedih bagi orang yang melenyapkan jiwa seseorang tanpa melalui prosedur yang benar.[10]
b.      Hak Beragama
Islam mengakui bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk memeluk agama yang dipercayainya, temasuk mengamalkannya.[11] Islam juga memberikan perlindungan terhadap non-Muslim yang ketentuan perlakuan terhadap mereka dijamin dalam hukum islam.[12] Dalam Alquran ditegaskan:
Iw on#tø.Î) Îû ÈûïÏe$!$# ( s% tû¨üt6¨? ßô©9$# z`ÏB ÄcÓxöø9$# 4 `yJsù öàÿõ3tƒ ÏNqäó»©Ü9$$Î/ -ÆÏB÷sãƒur «!$$Î/ Ïs)sù y7|¡ôJtGó$# Íouróãèø9$$Î/ 4s+øOâqø9$# Ÿw tP$|ÁÏÿR$# $olm; 3 ª!$#ur ììÏÿxœ îLìÎ=tæ ÇËÎÏÈ     
Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”[13]
c.       Hak Berpendapat
Agama islam sangat menghormati akal dan pikiran manusia, meletakkan akal pada tempat yang terhormat, dan menyuruh manusia mempergunakan akalnya untuk memikirkan keadaan alam.[14] Dengan akal tersebut islam memberikan hak untuk berpikir dan kebebasan mengeluarkan pendapat.
Dalam Alquran banyak ayat-ayat yang menyuruh umat manusia supaya menggunakan akal dan pikiran untuk mempelajari ciptaan ilahi, menyelidiki rahasia-rahasia alam dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan hidup manusia. Di antaranya firman Allah:
Ÿxsùr& tbrãÝàYtƒ n<Î) È@Î/M}$# y#øŸ2 ôMs)Î=äz ÇÊÐÈ   n<Î)ur Ïä!$uK¡¡9$# y#øŸ2 ôMyèÏùâ ÇÊÑÈ   n<Î)ur ÉA$t6Ågø:$# y#øx. ôMt6ÅÁçR ÇÊÒÈ   n<Î)ur ÇÚöF{$# y#øx. ôMysÏÜß ÇËÉÈ      
Artinya: “Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan, dan langit, bagaimana ia ditinggikan, dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan dan bumi bagaimana ia dihamparkan”.[15]
3.      Dalil Alquran tentang Islam sebagai agama
QS. Al-Maidah [3]: 3.
ôMtBÌhãm ãNä3øn=tæ èptGøŠyJø9$# ãP¤$!$#ur ãNøtm:ur ͍ƒÌYσø:$# !$tBur ¨@Ïdé& ÎŽötóÏ9 «!$# ¾ÏmÎ/ èps)ÏZy÷ZßJø9$#ur äosŒqè%öqyJø9$#ur èptƒÏjŠuŽtIßJø9$#ur èpysÏܨZ9$#ur !$tBur Ÿ@x.r& ßìç7¡¡9$# žwÎ) $tB ÷LäêøŠ©.sŒ $tBur yxÎ/èŒ n?tã É=ÝÁZ9$# br&ur (#qßJÅ¡ø)tFó¡s? ÉO»s9øF{$$Î/ 4 öNä3Ï9ºsŒ î,ó¡Ïù 3 tPöquø9$# }§Í³tƒ tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. `ÏB öNä3ÏZƒÏŠ Ÿxsù öNèdöqt±øƒrB Èböqt±÷z$#ur 4 tPöquø9$# àMù=yJø.r& öNä3s9 öNä3oYƒÏŠ àMôJoÿøCr&ur öNä3øn=tæ ÓÉLyJ÷èÏR àMŠÅÊuur ãNä3s9 zN»n=óM}$# $YYƒÏŠ 4 Ç`yJsù §äÜôÊ$# Îû >p|ÁuKøƒxC uŽöxî 7#ÏR$yftGãB 5OøO\b}   ¨bÎ*sù ©!$# Öqàÿxî ÒOÏm§ ÇÌÈ  


Artinya :  “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa, karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[16]
4.      Tuntutan agama Islam
Tuntutan agama Islam itu adalah menyebarkan perdamaian, baik pada diri pribadi maupun kepada orang lain. Di antara tuntutan Islam adalah berlaku baik terhadap sesama tanpa mendiskriminasikan ras, suku, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan derajat.
Islam mengajarkan toleransi, karena di dalam toleransi mencakup sifat-sifat lapang dada, berjiwa besar, luas pemahaman, pandai menahan diri, tidak memaksakan kehendak sendiri, memberikan kesempatan kepada orang lain untuk  berpendapat, semuanya itu adalah dalam rangka menciptakan kedamaian hidup beragama dalam masyarkat yang plural.[17]
Dengan demikian adanya perbedaan paham dalam suatu masalah, seperti agama dan keyakinan tidak boleh menjadi sebab untuk mengadakan garis pemisah dalam pergaulan. Jadi toleransi menghendaki adanya kerukunan hidup di antara manusia yang menganut agama atau keyakinan yang majemuk, sebab tanpa adanya toleransi tidak mungkin akan tercapainya kerukunan dan kedamaian hidup dalam masyarakat.
B.     Peran Islam di dalam Kehidupan
Dapat dipahami bahwa peran berada di dalam struktur, seperti contoh di dalam tubuh manusia terdapat organ tubuh yang mempunyai fungsi masing-masing, sehingga organ tubuh manusia merupakan sebuah kesatuan yang dapat disebut dengan struktur, setiap fungsi yang saling berkaitan disebut peran, sehingga jika diartikan secara lebih luas maka peran merupakan bentuk kesatuan komponen yang berstruktur dan saling memberikan manfaat satu dengan yang lainnya.[18]
Agama dapat disimpulkan sebagai sumber sistem nilai dan merupakan petunjuk, pedoman, dan pendorong atau motivasi bagi manusia untuk memecahkan segala bentuk permasalahan dalam setiap aspek kehidupan, dalam kata lain agama menjadi solusi dalam setiap permasalahan manusia sehingga agama dapat terbentuk ke dalam setiap pola hidup, tujuan hidup, dan perilaku atau tingkah laku manusia yang dilakukan manusia karena menginginkan serta mengharapkan keridhaan dari Tuhan yang diyakini dapat memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan yang diharapkan.[19]
Secara antropologis atau memandang dari segi budaya, kata Islam telah menggambarkan kodrat manusia sebagai makhluk yang tunduk dan patuh kepada Tuhan, keadaan ini memunculkan pemahaman terhadap orang atau manusia yang tidak patuh adalah bentuk dari penolakan terhadap fitrah manusia.
Islam merupakan keyakinan berdasarkan kedamaian dan kepasrahan hanya kepada Allah, sesuai dengan ajaran para nabi-Nya, dan yang sangat penting bagi agama Islam adalah ajaran tauhid atau mengesakan Allah, keyakinan serta kepercayaan yang mengajarkan bahwa hanya ada satu Allah yang Maha Kuasa, Pencipta segala sesuatu yang ada, dan tujuan dari cara hidup agama Islam adalah menjalani kehidupan sesuai dengan keyakinan tersebut agar dapat memperoleh kebahagiaan serta kesejahteraan di dunia atau di akhirat.[20]
Ahmad Khan menyatakan bahwa ukuran untuk menilai kebenaran agama adalah apakah agama sesuai dengan fitrah manusia (natural dispotition of man) atau dengan alam (nature), jika sesuai maka agama tersebut adalah benar, dan adanya kesesuaian tersebut merupakan tanda bahwa agama tersebut benar berasal dari Tuhan, dan untuk menguji kebenaran Islam apakah sesuai dengan hakikat manusia, maka Ahmad Khan meyakini bahwa agama Islam sesuai dengan hakikat manusia karena Islam merupakan agama yang ditetapkan oleh Allah melalui rasul-Nya, dan bukan agama yang dibentuk oleh para penyiarnya.[21]
Dapat disimpulkan dari uraian di atas tentang peranan agama bagi manusia serta Islam sebagai agama yang menjadi sumber keteraturan hidup manusia, sehingga dapat dipahami bahwa manusia membutuhkan keteraturan dalam kehidupannya agar dapat memperoleh kebahagiaan yang dicita-citakan, oleh karenanya agama merupakan kebutuhan manusia pada dasarnya untuk memperoleh keteraturan, di dalam ajaran Islam yang secara keseluruhan terkodifikasi di dalam Alquran dan pesan nabi Muhammad SAW dalam bentuk Hadis.
Peran agama Islam dalam kehidupan adalah menjadikan aqidah sebagai paradigma pengetahuan, karena hal tersebut seharusnya dimiliki oleh umat Islam, agama Islam telah menyatakan bahwa aqidah merupakan substansi serta landasan pemikiran dan sebagai standar segala ilmu pengetahuan.[22] Oleh karenanya, perintah mendasar yang terdapat dalam ajaran Islam adalah mengesakan Tuhan dan menghindari syirik (mempersekutukan Tuhan), hal ini disebabkan antara tauhid dan syirik merupakan dua hal yang berlawanan akan tetapi tidak dapat dipisahkan.[23]
Aqidah atau iman merupakan pondasi dalam kehidupan umat Islam, adapun ibadah merupakan bentuk manifestasi dari iman tersebut, dan kualitas iman dapat diukur dari pelaksanaan ibadah secara sempurna dan realisasi syariat (aturan) di dalam kehidupan, aqidah dan ibadah bukan hal yang bersifat ritual atau doktrin yang tidak mempunyai makna karena keduanya merupakan pola hidup, dan keyakinan yang berada di dalam jiwa manusia serta aktivitas ibadah merupakan puncak pendidikan rohani dan moral kemanusiaan.[24]
Di dalam ajaran Islam, manusia dianjurkan untuk berfikir dengan tujuan merenungkan dan memperhatikan alam semesta agar dapat menambah keimanan kepada Allah, karena berfikir merupakan salah satu fungsi akal yang dimiliki oleh manusia, sehingga sesuai dengan predikat manusia yang oleh Allah disebutkan di dalam Alquran bahwa manusia diciptakan agar dapat berperan sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi, sehingga manusia menjadi makhluk yang paling sempurna di antara makhluk lainnya karena kemampuannya untuk berfikir dengan akal yang telah diberikan Tuhan.[25]
Di dalam ajaran Islam, rukun Islam merupakan dasar praktis dan teoritis agama Islam secara keseluruhan, dan di dalam rukun Islam kalimat syahadat menempati urutan pertama, hal ini karena kalimat tauhid dan pengakuan terhadap nabi Muhammad adalah dasar utama keimanan dalam Islam, dan dua kalimat tersebut menjadi dasar pokok aqidah dan rukun Islam yang lainnya.[26] Para ahli ilmu pengetahuan menyatakan bahwa kelima rukun Islam saling memiliki integritas sehingga tidak dapat dipisahkan dan harus dilaksanakan secara menyeluruh tanpa dipisah-pisahkan.[27]
Dalam sebuah penelitian, penyebab rusaknya aqidah adalah dikarenakan beberapa faktor berikut:[28]
1.      Penyimpangan pemikiran dari metode yang benar.
2.      Penyimpangan jiwa dari akhlak yang benar.
3.      Kelemahan iradah di hadapan penguasa (elit politik), atau kelemahan di hadapan penguasa/tokoh masyarakat berpengaruh yang dapat mempengaruhi orang-orang yang lemah kepada kesesatan.
Perintah mengesakan Tuhan bermakna bahwa manusia hanya boleh tunduk kepada Tuhan, disebabkan manusia hanya boleh tunduk kepada Tuhan sehingga manusia dijadikan khalifah, sehingga tauhid mendorong manusia untuk menguasai dan memanfaatkan alam karena alam telah ditundukkan oleh Allah kepada manusia, dan dari alam manusia memiliki pengetahuan serta perkembangan teknologi karena akal yang diberikan Allah kepada manusia.[29]
Sehingga dapat diberikan makna bahwa peran Islam dalam kehidupan manusia adalah terbentuknya suatu komunitas yang cenderung progresif, atau komunitas yang dapat mengendalikan, memelihara, dan mengembangkan kehidupan dengan pengembangan ilmu pengetahuan atau sains, hal ini tidak hanya berbentuk penguasaan dan pengembangan sains yang termasuk amal shaleh, akan tetapi merupakan bentuk komitmen keimanan kepada Allah.[30]
C.    Ajaran Islam di Seluruh Dunia
Ruang lingkup ajaran Islam tercakup ke dalam dua pedoman dasar yaitu Alquran dan Hadis, ajaran Islam terkadang bersifat global atau secara garis besar sehingga memerlukan interpretasi, pada dasarnya Islam diajarkan dalam 3 konteks, yaitu:[31]
1.      Islam dalam konteksnya dengan masing-masing negara;
2.      Islam dalam konteksnya dengan dunia internasional; dan
3.      Islam dalam konteksnya dan prospeknya di masa depan.
Urgensi Islam dalam kehidupan manusia adalah memberikan penekanan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi (alam baka), sehingga Islam mengajarkan agar mampu mengelola alam dengan hasil yang sesuai dengan harapan untuk kepentingan manusia.[32] Sehingga bagian dari tujuan luhur penciptaan harus dicapai melalui perantara kesadaran manusia sendiri dalam pengertian bahwa manusia berperan aktif dalam lingkup tujuan diciptakannya manusia sebagai pemimpin atau pengelola alam.[33] Dapat dipahami bahwa pada dasarnya yang menjadi pokok ajaran Islam adalah pengenalan dan penetapan aqidah terhadap Tuhan, kemudian selanjutnya kepada beberapa aspek yang menjadi penopang dalam hal tersebut.
Meski ajaran Islam bersifat universal, tetapi di seluruh dunia umat Islam berpedoman kepada hal yang sama yaitu Alquran dan Hadis, tetapi dalam pengembangannya dan pengertian konsepsi kemasyarakatan tidak terlepas dari kehidupan nyata atau realitas Islam berada dan berkembang, sehingga pengembangan dan kebijaksanaan pembinaan kehidupan agama Islam berbeda di antara negara-negara.[34] Perintah paling mendasar dalam ajaran Islam adalah mengesakan Tuhan dan mencegah melakukan perbuatan syirik.[35]
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ajaran Islam di seluruh dunia adalah tauhid atau mengesakan Allah SWT dan tidak berbuat syirik, karena manusia telah diciptakan dengan tujuan sebagai pengelola alam dengan akal pikiran yang telah diberikan Tuhan, kemudian hal tersebut membawa manusia kepada ilmu pengetahuan dan pada akhirnya mengembalikan pengetahuan tersebut kepada pengetahuan tentang keesaan Tuhan, dan hal ini selanjutnya menjadikan dasar-dasar agama Islam menjadi beberapa aspek lainnya agar Islam dapat memenuhi kepentingan dan kebutuhan manusia secara keseluruhan terhadap keyakinannya kepada Allah SWT.


[1] H. Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Cet. 5, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004, h. 49.

[2] Suyoto Bakir dan Sigit Suryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Tangerang: KARISMA Publishing Group, 2009, h. 229.

[3] Khurshid Ahmad, dkk, Prinsip-prinsip Pokok Islam, terjemahan A. Nashir Budiman dan Mujibah Utami dari judul asli The Islamic Pondation, Jakarta: Rajawali, 1989, h. 16.

[4] Muhammad, dan Rois Mahfud, Al-Islam: Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk Perguruan Tinggi Umum, Malang: Setara Press, 2008, h. 4.
[5] Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Cet. 2, Jakarta: Kencana, 2007, h. 70-75.
[6]Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008,           h. 63-64.

[7] H. Endang Saifuddin Anshari, Kuliah al-Islam: Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi, Cet. 3, Jakarta: Rajawali, 1992, h. 72.
[8] Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran tentang Paradigma dan Sistem Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 2004, h. 50.

[9] Yusuf Al-Qardhawi, Karakteristik Islam: kajian analitik, terjemahan Rofi’ Munawwar dari judul asli, Al-Khashooish Al-Ammah li Al-Islam, Cet. Kelima, Surabaya: Risalah Gusti, 2000, h. 91.

[10] Ibid., h. 93.

[11] H.M. Yunan Nasution, Islam dan Problema-Problema Kemasyarakatan, Jakarta: Bulan Bintang, 1988, h. 103.
[12] Seyyid Hossein Nasr, Islam: agama, sejarah, dan peradaban, terjemahan Koes Adiwidjajanto dari judul asli Islam: Religion, History, Civilization, Surabaya: Risalah Gusti, 2003, h. 37.

[13]Mohammad Taufiq, Quran in The Word Ver1.2.0, Taufiq Product, moh.taufiq@gmail.com QS 2: 256.

[14] M. Natsir, Islam dan Kristen di Indonesia, Bandung: Bulan Sabit, 1969, h. 54.
[15] Mohammad Taufiq, Quran in The Word..., QS 88: 17-20.
[16] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Ferlia Citra Utama, 2008, h. 142-143.

[17] Jirhanuddin, Perbandingan Agama: Pengantar Studi Memahami Agama-Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h. 200.
[18]Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Cetakan kesebelas, 2009, Bandung: Remaja Rosdakarya, h. 14.

[19]Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Cet. 2, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, h. 4.

[20]Christine Huda Dodge, Memahami Segalanya tentang Islam, pent. Moh. Anwar, dari judul asli, Everything Understanding Islam Book, Batam: Karisma Publishing Group, 2004, h. 9.

[21]John J. Donohue dan John L. Esposito (Peny.), Islam dan Pembaharuan: Ensiklopedi Masalah-Masalah, pent. Machnun Husein, dari judul asli, Islam in Transition: Muslim Perspectives, Cetakan keempat, Jakarta: RajaGrafindo Persada, h. 63.

[22]M. Shiddiq al-Jawi, Peran Islam dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, http://www.khilafah1924.org, versi Pdf, generated: 05 Oktober 2010.

[23]Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi…, h. 15.

[24]Abuddin Nata, Dirasah Islamiah: Alquran dan Hadis, Cetakan ketujuh, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000, h. 44.

[25]Armansyah, Studi Kritis Pemahaman Islam, e-book download version, http://www.geocities.com/arman_syah/, dalam tema, Tauhid Sebuah Pembuktian Ilahi, http://www.pakdenono.com

[26]Said Hawwa, Al-Islam, pent. Abdul Hayyie al-Kattani dkk., Jakarta: Gema Insani Press, 2004, h. 31.

[27]Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ihsan Secara Terpadu, pent. Afif Muhammad, dari judul asli, Kitâb Hidâyat al-Ţâlibîn fi Bayân Muhimmât al-Dîn, Bandung: Al-Bayan, 1998, h. 28.

[28]Abdurrahman Hasan Habanakah al-Maidani, Pokok-Pokok Aqidah Islam, pent. A.M. Basalamah, dari judul asli, al-Aqîdah al-Islamiyyah wa Ususuhâ, Cetakan Kedua, Jakarta: Gema Insani, 2004, h. 573.

[29]Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi…, h. 15-16.

[30]Ibid., h. 17-18.

[31]Thoyib I.M. dan Sugiyanto, Islam dan Pranata Sosial Masyarakat, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, h. 32.
[32]Rohadi Abdul Fatah dan Sudarsono, Ilmu dan Teknologi dalam Islam, Cetakan Kedua, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, h. 18.

[33]Mehdi Khorasani dan A.F.B. Baines Hewitt, Islam Agama Rasional, pent. M. Hashem, dari judul asli, Islam the Rational Religion, Cetakan Kedua, Bandung: Mizan, 1989,       h. 51.

[34]Thoyib I.M. dan Sugiyanto, Islam dan Pranata…, h. 32.

[35]Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi…, h. 15.
BAB III
PENUTUP



A.    Kesimpulan
Setelah menganalisa permasalahan yang berkaitan dengan pembahasan dan perumusan masalah pada makalah ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Islam sebagai agama merupakan sebuah keteraturan hidup yang mengajak penganutnya menyebarkan misi perdamaian, penyerahan diri kepada Tuhan, agar hidup teratur, saling menghargai dan menciptakan kerukunan kepada manusia, serta adanya keseimbangan dalam menjalankan hidup. Islam sebagai agama juga mengatur bagaimana menjalin hubungan antara sesama, baik Muslim maupun Non-Muslim, agar terciptanya kerukunan dan kedamaian hidup dalam masyarakat.
2.      Agama Islam berperan di dalam kehidupan manusia adalah menjadikan aqidah sebagai paradigma kehidupan, atau dapat dikatakan bahwa agama Islam membentuk sebuah komunitas yang bersifat progresif, atau komunitas yang mampu mengelola, mengendalikan, serta memelihara seluruh alam dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan, sehingga apabila manusia mempunyai aqidah yang tidak benar akan menyebabkan tugasnya sebagai pengelola dan pemeliharaan alam tidak optimal, dan pada akhirnya menimbulkan kesenjangan stabilitas kehidupan manusia itu sendiri, selain kemudian merusak hubungan manusia dengan Tuhannya.
3.      Islam diajarkan ke seluruh dunia agar dapat menjadikan komunitas yang mempunyai komitmen yang sama dengan sebuah ikatan sosial dan keyakinan yang sama, sehingga Islam mengajarkan ajaran pokok yang mendasari keyakinan tersebut dengan mengajarkan tauhid, agar manusia mempunyai keterikatan satu sama lainnya, sehingga Islam mampu menjadi bagian dari kebudayaan pada bagian komunitas umat Islam yang mempunyai keragaman budaya, akan tetapi tetap didasarkan kepada sumber pokok ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis, dan umat Islam dianjurkan untuk selalu berpegang kepada kedua sumber pokok ajaran Islam tersebut dalam menentukan dan menemukan sebuah solusi dalam menghadapi keragaman problematika kehidupan.
B.     Saran
Selayaknya pencetus karya adalah mengharapkan karya tersebut dapat menjadi manfaat bagi orang lain dan dirinya sendiri, seperti itu pula harapan yang ada ketika penyusunan makalah sederhana ini. Adapun bentuk kekurangan dan kesalahan tentu tidak akan terlepas karena merupakan sisi kemanusiaan yang mendasar dari kejiwaan manusia, sehingga dengan bersikap bijak adalah mengharapkan motivasi yang membangun dalam bentuk kritik dan saran.
Pada akhirnya ucapan terima kasih yang tidak terhingga dengan kesempatan dan perhatian yang diberikan, setidaknya permohonan maaf atas segala kesalahan dan kelalaian dalam makalah ini atau di dalam proses pembuatan makalah sederhana ini, baik dari paragraf, kalimat, kata, atau sikap selama proses pembuatan makalah ini. Selanjutnya tidak etis rasanya jika tidak sama-sama mendoakan, semoga segala bentuk pekerjaan yang disertai dengan ketulusan niat membuahkan keridhaan dari Allah yang Maha Rahman.

DAFTAR PUSTAKA


Ahmad, Khurshid, dkk, Prinsip-prinsip Pokok Islam, terjemahan A. Nashir Budiman dan Mujibah Utami dari judul asli The Islamic Pondation, Jakarta: Rajawali, 1989.
Ahmadi, Abu, dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Cet. 2, Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Ali, Mohammad Daud, H. , Pendidikan Agama Islam, Cet. 5, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004.
Anshari, Endang Saifuddin, H., Kuliah al-Islam: Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi, Cet. 3, Jakarta: Rajawali, 1992.
_______, Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran tentang Paradigma dan Sistem Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 2004.
Armansyah, Studi Kritis Pemahaman Islam, e-book download version, http://www.geocities.com/arman_syah/, dalam tema, Tauhid Sebuah Pembuktian Ilahi, http://www.pakdenono.com.
Bakir, Suyoto dan Sigit Suryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Tangerang: KARISMA Publishing Group, 2009.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Ferlia Citra Utama, 2008.
Dodge, Christine Huda, Memahami Segalanya tentang Islam, pent. Moh. Anwar, dari judul asli, Everything Understanding Islam Book, Batam: Karisma Publishing Group, 2004.
Donohue, John J., dan John L. Esposito (Peny.), Islam dan Pembaharuan: Ensiklopedi Masalah-Masalah, pent. Machnun Husein, dari judul asli, Islam in Transition: Muslim Perspectives, Cetakan keempat, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Dzahir, Ihsan Ilahi, Ahmadiyah Qadiyaniyah: Sebuah Kajian Analitis, pent. Harapandi Dahri, dari judul asli, al-Qâdiâniyyah: Dirâsât wa Tahlil, Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2008.
Fatah, Rohadi Abdul, dan Sudarsono, Ilmu dan Teknologi dalam Islam, Cetakan Kedua, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, h. 18.
Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ihsan Secara Terpadu, pent. Afif Muhammad, dari judul asli, Kitâb Hidâyat al-Ţâlibîn fi Bayân Muhimmât al-Dîn, Bandung: Al-Bayan, 1998.
Hakim, Atang Abd., dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Cetakan kesebelas, 2009, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Jawi, M. Shiddiq, Peran Islam dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, http://www.khilafah1924.org, versi Pdf.
Jirhanuddin, Perbandingan Agama: Pengantar Studi Memahami Agama-Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Khorasani, Mehdi, dan A.F.B. Baines Hewitt, Islam Agama Rasional, pent. M. Hashem, dari judul asli, Islam the Rational Religion, Cetakan Kedua, Bandung: Mizan, 1989.
M.A Suryawan, Bukan Sekedar Hitam Putih: Kontroversi Pemahaman Ahmadiyah, Tanggerang: Azzahra Publishing, 2005.
Maidani, Abdurrahman Hasan Habanakah, Pokok-Pokok Aqidah Islam, pent. A.M. Basalamah, dari judul asli, al-Aqîdah al-Islamiyyah wa Ususuhâ, Cetakan Kedua, Jakarta: Gema Insani, 2004.
M. Natsir, Islam dan Kristen di Indonesia, Bandung: Bulan Sabit, 1969.
Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Cet. 2, Jakarta: Kencana, 2007.
Muhammad  dan Rois Mahfud, Al-Islam: Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk Perguruan Tinggi Umum, Malang: Setara Press, 2008.
Nasr, Seyyid Hossein, Islam: agama, sejarah, dan peradaban, terjemahan Koes Adiwidjajanto dari judul asli Islam: Religion, History, Civilization, Surabaya: Risalah Gusti, 2003.
Nasution, Yunan, H.M., Islam dan Problema-Problema Kemasyarakatan, Jakarta: Bulan Bintang, 1988.
Nata, Abuddin, Dirasah Islamiah: Alquran dan Hadis, Cetakan ketujuh, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000.
_______, Metodologi Studi Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008.
Al-Qardhawi, Yusuf, Karakteristik Islam: kajian analitik, terjemahan Rofi’ Munawwar dari judul asli, Al-Khashooish Al-Ammah li Al-Islam, Cet. Kelima, Surabaya: Risalah Gusti, 2000.
Said Hawwa, Al-Islam, pent. Abdul Hayyie al-Kattani dkk., Jakarta: Gema Insani Press, 2004.
Taufiq, Mohammad,  Quran in The Word Ver1.2.0, Taufiq Product, moh.taufiq@gmail.com.
Thoyib I.M. dan Sugiyanto, Islam dan Pranata Sosial Masyarakat, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.














.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar